Wednesday, April 3, 2013

YESUS DISANGKAL PETRUS


Dalam Kitab Suci, kita ketahui bahwa Petrus merupakan tokoh yang kontroversial. Walaupun Petrus sering berperan protagonis dalam kisah-kisah kemuridannya bersama Yesus, namun lebih melekat di ingatan kita, peran antagonis dari Petrus, yaitu sikap Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Namun demikian Petrus sesungguhnya adalah tokoh sentral sekaligus juru bicara para murid dalam peristiwa-peristiwa penting. Petruslah yang pertama kali mengimani bahwa Yesus adalah Mesias/Kristus (Mrk 8:29).
Petrus adalah saksi utama dalam peristiwa transfigurasi atau pemuliaan Yesus (Mrk 9:2-3). Justru Yesus sendiri yang akan mendirikan/mempercayakan GerejaNya berdiri di atas pundak Petrus sebagai ketua para rasul.
Nubuat Penyangkalan Petrus telah disampaikan Yesus kepada para muridNya menjelang mereka tiba di Bukit Zaitun, setelah merampungkan perjamuan terakhir mereka. Dalam Mrk 14:30-31 dijelaskan ; Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali”. Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata : “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tak akan menyangkal Engkau”. Dengan berkata demikian, Petrus ingin menunjukkan pendirian yang kuat untuk membela Yesus, meski mati adalah taruhannya.
Pada kisah menjelang pengadilan Yesus, Petrus telah mengalami pengadilan tersendiri di luar persidangan. Ternyata pendirian Petrus yang rela mati sebelumnya terbantahkan, Petrus kalah dan terjadilah penyangkalan. Ada tiga hal yang disangkal Petrus. Pertama, Petrus menyangkal kebersamaannya dengan Yesus. Petrus tidak menyadari bahwa yang ditolaknya adalah identitas kebersamaannya sejak dipanggil Yesus untuk “ikut Aku” sampai saat-saat terakhirnya. Kedua, Petrus menyangkal identitas sebagai “salah seorang dari mereka ” yang merupakan sekelompok murid Yesus yang telah menerima ajaran-ajaranNya. Ketiga, Petrus menyangkal identitas sebagai “orang Galilea” yang merupakan tempat asal Yesus (Mrk 1:9) yang mengartikan kedekatannya hubungan antara Petrus dan Yesus.
Bisa jadi Petrus memilih sikap “terpaksa” untuk menyangkal Yesus demi menyelamatkan diri dari permasalahan yang lebih rumit dan berat baginya. Atau menghindarkan diri dari ancaman yang mematikannya. Mungkin itu hanyalah pembelaan atau pembenaran diri saja bagi Petrus. Namun demikian setelah suara ayam berkokok untuk yang kedua kalinya, Petrus tersadarkan dan menyesali penyangkalannya itu.
Kisah penyangkalan Petrus tidak berhenti pada kisah di atas saja, ternyata terjadi juga penyangkalan “Petrus” di zaman kita ini, mulai dari penyangkalan yang ringan sampai pada penyangkalan yang berat. Bisa dicermati, bahwa ketika sedang mengikuti Misa Kudus kita masih sering tidak fokus pada Misa Kudus itu sendiri, bahkan lebih tertarik pada sms di handphone ataupun ngobrol dengan teman di sebelahnya, padahal di Altar kita sedang mempersembahkan Kurban Suci Tubuh Kristus. Kita kurang membiasakan diri dekat dengan Yesus dalam berdoa baik secara personal maupun bersama-sama sebagai komunitas. Masih ditemuinya warga kita di lingkungan-lingkungan yang tidak aktif berkumpul sebagai komunitas dan bahkan memilih untuk mengucilkan diri sendiri. Dan yang terberat adalah kejadian dari beberapa warga kita yang memilih untuk tidak beriman Katolik lagi alias menolak beriman kepada Yesus Kristus hanya untuk alasan jabatan/kedudukan, jodoh, dan materi. Itulah “Petrus” di zaman kita ini. Semoga setelah suara ayam berkokok untuk yang kedua kalinya, “Petrus” tersadarkan dan menyesali penyangkalannya seperti halnya Petrus aslinya. Selamat Paskah !..........................................oleh : seno

0 comments: